https://lamongan.times.co.id/
Berita

PCNU Lamongan Ajak Santri Wujudkan Jihad Ilmu dan Akhlak di Era Modern

Rabu, 22 Oktober 2025 - 12:48
PCNU Lamongan: Jihad Santri Hari Ini Adalah Menjaga Akhlak dan Ilmu Dr (HC) Syahrul Munir, M.Pd.I yang disapa Gus Syahrul menyapa santri yang mengikuti apel peringatan Hari Santri Nasional ,(HSN), Rabu (22/10/2025). (Foto: Moch. Nuril Huda/TIMES Indonesia)

TIMES LAMONGAN, LAMONGAN – Ribuan santri berbalut sarung dan sorban memenuhi halaman Masjid Maulana Ishak, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Suara sholawat berpadu dengan semangat merah putih.

Dari mimbar upacara, Ketua Tanfidziyah PCNU Lamongan, Dr (HC) Syahrul Munir, M.Pd.I, menyerukan bahwa jihad santri sekarang bukan lagi soal angkat senjata, tetapi perjuangan menjaga akhlak, ilmu, dan adab di tengah tantangan zaman - seraya mengingatkan pemerintah daerah untuk menunjukkan keberpihakan pada pesantren dengan mengesahkan Peraturan Bupati (Perbup) Pesantren.

Menurut Gus Syahrul, makna Resolusi Jihad yang digelorakan para ulama pada 22 Oktober 1945 tetap relevan hingga kini. Spirit itu tidak hanya mengajarkan keberanian melawan penjajahan fisik, tetapi juga menanamkan kesadaran untuk melawan kebodohan, kemiskinan, dan kemerosotan moral yang mengancam bangsa.

Hari-Santri-Nasional-Lamongan-2.jpg

“Resolusi Jihad bukan sekadar seruan perang, tetapi piagam santri yang menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah bagian dari iman,” ujarnya di hadapan ribuan peserta apel Hari Santri Nasional 2025.

Gus Syahrul menegaskan, jihad di era modern menuntut santri agar hadir sebagai penggerak moralitas dan pencerahan di tengah masyarakat. Jihad hari ini, katanya, diwujudkan melalui dakwah ilmu, pendidikan karakter, serta penguatan ekonomi umat. “Santri adalah penjaga nilai, penggerak perubahan, dan penopang keutuhan bangsa,” tutur Gus Syahrul.

Ia menambahkan, peran santri dan pesantren tidak berhenti pada masa perjuangan kemerdekaan. Kini, santri tetap mengambil bagian penting dalam membangun moral, pendidikan, dan sosial masyarakat. Melalui perjuangan non fisik, mereka menghidupkan kecerdasan spiritual dan moral agar kemerdekaan tidak berhenti sebagai peristiwa politik, melainkan menjadi gerakan peradaban yang berkelanjutan.

Menurutnya, pesantren bukan sekadar tempat menimba ilmu agama, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan kesadaran sosial.

“Pesantren itu bukan tempat memproduksi robot sadar, tapi tempat membentuk manusia yang sadar. Jika santri marah, ia tahu kapan harus berhenti. Yang ia bela bukan egonya, melainkan kehormatannya. Dan kehormatan dijaga dengan adab, bukan dengan api,” ujarnya disambut takbir dan tepuk tangan peserta apel.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Syahrul menyoroti marwah pesantren di tengah berbagai narasi negatif yang berpotensi melemahkan eksistensinya. Menurutnya, pesantren merupakan benteng kebudayaan sekaligus pusat lahirnya gagasan kebangsaan yang moderat dan berlandaskan nilai rahmatan lil alamin.

Hari-Santri-Nasional-Lamongan-3.jpg

“Di pesantren, santri tidak hanya belajar kitab, tetapi juga mempelajari makna cinta tanah air. Dari sinilah lahir generasi yang berilmu, berakhlak, dan berkomitmen menjaga Indonesia,” katanya.

Gus Syahrul juga menegaskan, pesantren adalah bagian integral dari sejarah panjang perjuangan bangsa. Para kiai dan santri telah berkontribusi besar dalam menjaga keseimbangan antara spiritualitas dan nasionalisme. Karena itu, pesantren perlu dilindungi dari upaya yang dapat memecah belah dan melemahkan citranya.

“Kita harus menjaga marwah pesantren dari narasi yang mencoba meruntuhkan kekuatannya, karena di dalamnya tersimpan sumber moral bangsa,” ucapnya.

Menutup sambutannya, Ketua PCNU Lamongan mendorong agar Pemerintah Kabupaten Lamongan segera menindaklanjuti amanat Undang-Undang Pesantren melalui penerbitan Peraturan Bupati Pesantren. Regulasi tersebut, menurutnya, menjadi dasar penguatan peran pesantren dalam pendidikan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.

“Sudah saatnya pemerintah daerah menunjukkan keberpihakan nyata kepada pesantren. Jangan hanya hadir saat peringatan Hari Santri, tapi hadir dalam kebijakan yang berpihak,” ujarnya.

Apel peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Paciran turut diwarnai pembacaan Sholawat Nariyah dan penampilan para santri dari berbagai lembaga pendidikan Islam di bawah naungan Nahdlatul Ulama. Ribuan bendera merah putih dan panji pesantren berkibar bersamaan sebagai simbol semangat “Jihad Santri Menjaga NKRI.”

Suasana khidmat dan heroik terasa ketika para santri meneriakkan yel-yel perjuangan, menandai tekad untuk terus menjaga warisan para ulama pendiri bangsa. Bagi PCNU Lamongan, tambah Gus Syahrul, momentum Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi pengingat agar semangat jihad, ilmu, dan adab terus hidup di dada setiap santri - dari pesantren untuk peradaban Indonesia. (*)

Pewarta : Moch Nuril Huda
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Lamongan just now

Welcome to TIMES Lamongan

TIMES Lamongan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.