https://lamongan.times.co.id/
Berita

Batik Daliwangun, Batik dengan Ciri Khas Lamongan Selatan

Kamis, 09 September 2021 - 10:56
Batik Daliwangun, Batik dengan Ciri Khas Lamongan Selatan Umbar Basuki, pengrajin batik asal Desa Daliwangun, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)

TIMES LAMONGAN, LAMONGANBatik menjadi salah satu produk unggulan Lamongan yang mencerminkan ciri khas daerah yang juga dikenal dengan sebutan Kota Soto tersebut.

Selain Desa Sendang, Kecamatan Paciran yang memiliki batik tulis dengan ciri khas motif relief dari bangunan bersejarah di pesisir utara Lamongan, ada juga batik tulis dari Desa Daliwangun, Kecamatan Sugio.

Berbeda dengan Batik Sendang, Batik Daliwangun yang dirintis oleh Umbar Basuki, mengusung sejarah dan segala hal yang berkaitan dengan Desa Daliwangun.

Berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang banyak ditemui di wilayah Lamongan selatan juga diangkat ke dalam desain motif batik.

Pengrajin-batik-asal-Desa-Daliwangun.jpg

"Motif batik yang ada di Desa Daliwangun ini, untuk ciri khasnya adalah motif pohon wangun dan burung dali. tapi kalau untuk kearifan lokalnya banyak, seperti pohon jati, polo pendem, dan flora fauna yang ada di sekitar Daliwangun ini," ujar Basuki, Kamis (9/9/2021).

Menurut Basuki, batik buatannya itu baru dirintis pada awal tahun 2020 lalu. Meski tergolong baru, namin dirinya berusaha terus berinovasi untuk melahirkan batik yang khas dan berkarakter.

"Batik Tulis Daliwangun ini memang sangat baru sekali. Namun, kami tetap berupaya untuk menyajikan produk batik yang terbaik dan berkarakter. Sehingga bisa digandrungi oleh banyak kalangan," imbuhnya.

Basuki menjelaskan, pemilihan motif utama pohon wangun dan burung dali ini diangkat dari cerita rakyat yang ada di Desa Daliwangun. Selain itu, pihaknya juga ingin mengingatkan kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan fauna dan flora.

"Cerita rakyat desa ini yang kita angkat dan kita jadikan sebagai ciri khas kita. Motif flora fauna, seperti burung hantu, polo pendem, pohon jati, dan lain-lain itu karena saya ingin meigingatkan kepada orang-orang bahwa flora fauna itu harus dilindungi. Flora fauna yang ada di kain batik saja bagus, apalagi flora fauna yang masih hidup, kan lebih indah dan bagus," ujarnya.

Pengrajin-batik-asal-Desa-Daliwangun-2.jpg

Basuki juga menyebut bahwa Batik Daliwangun produksinya memiliki beberapa kelebihan, yaitu cantingan yang halus, desain yang lebih original dan diproduksi secara terbatas.

Proses pengerjaannya pun mulai dari pembuatan pola desain, pelukisan, pewarnaan, pembatikan dengan lilin, hingga pencucian dilakukan dengan ketelitian yang tinggi.

"Kita sistemnya masih custom, jadi pemasaran kita lewat media sosial atau online," kata Basuki.

Karena diproduksi dengan penuh ketelitian dan mengutamakan kualitas, wajar Jika Basuki membandrol karyanya itu dengan harga yang tidak murah.

"Sasaran kita memang menengah ke atas, karena memang custom. Pembeli pun kebanyakan dari luar daerah, seperti dari Ternate, Semarang, dan lain-lain. Dalam sebulan, rata-rata saya bisa menghasilkan 4 potong kain batik, yang masing-masing harganya Rp 450 ribu," tutur pemuda berusia 28 tahun tersebut.

Basuki belum bisa memproduksi batik dalam jumlah banyak, karena sejauh ini Batik Daliwangun seluruh proses pengerjaan  baru dikerjakan Basuki seorang diri.

"Sementara hanya saya, kemarin baru melaksanakan pelatihan. Nah, dari situ kemudian menyaring ibu-ibu yang punya minat dan bakat untuk ditarik jadi pengrajin yang bisa mencanting," kata alumnus jurusan seni rupa murni, Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya itu.

Basuki juga memiliki cita-cita bahwa ke depan akan menjadikan Lamongan wilayah selatan sebagai sentra batik seperti yang ada di Sendang Duwur, Kecamatan Paciran.

"Intinya jadi pelopor batik tulis di daerah Lamongan selatan. Sehingga desa-desa lain bisa terdorong untuk bisa melakukan produksi dan berkompetisi secara baik dan sehat," ujarnya.

Namun untuk mewujudkan cita-citanya itu, Basuki berharap pemerintah bisa memberikan pendampingan dan bantuan berupa alat dan bahan batik, yang bisa digunakan dalam pelatihan, khususnya kepada ibu-ibu setempat. Sehingga nantinya akan ada banyak pengrajin batik Batik Daliwangun.

"Saya ngomong apa adanya, kadang kalau bantuan atau apapun dari pemerintah agak kurang. Karena memang sampai saat ini saya masih survive sendiri dengan teman saya. Saya berharap akan ada bantuan dari pemerintah, sehingga bisa mengangkat kondisi perekonomian di kawasan Lamongan selatan ini, utamanya di sektor kerajinan Batik," kata Basuki. (*)

 

 

Pewarta : MFA Rohmatillah
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Lamongan just now

Welcome to TIMES Lamongan

TIMES Lamongan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.