TIMES LAMONGAN, JAKARTA – Tahun 2025 dibuka dengan suasana transisi yang sarat harapan. Pada caturwulan pertama, lanskap nasional dipenuhi oleh narasi fondasi baru, ketika pemerintahan baru mulai menancapkan arah kebijakan, sementara publik dan pelaku usaha menanti kepastian. Dalam periode Januari hingga April, pemberitaan media—termasuk TIMES Indonesia—didominasi oleh isu strategis yang menegaskan satu benang merah: optimisme di tengah perubahan.

Januari menjadi penanda awal transformasi kebijakan sosial melalui peluncuran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) secara serentak di 38 provinsi. Program ini bukan hanya tentang pemenuhan gizi anak bangsa, tetapi juga membuka ruang ekonomi baru. TIMES Indonesia menyoroti keterlibatan UMKM pangan daerah dalam rantai pasok MBG, menjadikan program nasional ini berkelindan langsung dengan penguatan ekonomi lokal. Dari dapur-dapur kecil hingga sentra produksi pangan, MBG menghadirkan cerita tentang negara yang mulai hadir lebih dekat dengan rakyat, bukan hanya sebagai pemberi bantuan, tetapi juga sebagai penggerak ekosistem usaha.

Memasuki Februari, perhatian publik beralih ke dunia usaha. Munas Kadin Indonesia menjadi titik balik penting setelah berakhirnya dualisme kepemimpinan yang sempat membayangi iklim bisnis nasional. Konsolidasi ini menghadirkan pesan kuat tentang stabilitas dan kepastian, dua hal yang paling dicari investor global. Pemberitaan ekonomi pada periode ini memperlihatkan bagaimana dunia usaha berupaya menyelaraskan diri dengan arah kebijakan pemerintah, menciptakan optimisme baru bahwa Indonesia siap melaju dengan kepemimpinan ekonomi yang lebih solid.

Maret menghadirkan kontras menarik antara fenomena alam dan isu kesehatan publik. Gerhana Matahari Sebagian pada 29 Maret menjadi salah satu peristiwa paling banyak dicari dan dibicarakan publik. Langit menjadi ruang refleksi kolektif, di tengah hiruk-pikuk politik dan ekonomi. Di saat yang sama, Kementerian Kesehatan mengakselerasi agenda eliminasi TBC, sebuah isu kesehatan laten yang selama ini luput dari sorotan besar. Dua narasi ini—astronomi dan kesehatan—bertemu dalam satu pesan: kemajuan bangsa juga ditentukan oleh perhatian pada ilmu pengetahuan dan kualitas hidup warganya.

April kemudian menjadi bulan krusial bagi denyut ekonomi rakyat. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI mencapai puncaknya menjelang Mudik Lebaran 2025. Arus kredit ini menjadi penopang perputaran ekonomi, terutama bagi pelaku UMKM yang mengandalkan momentum Lebaran untuk bertahan dan tumbuh. TIMES Indonesia mencatat bagaimana KUR tidak hanya menjadi instrumen perbankan, tetapi juga jaring pengaman ekonomi di tengah tingginya mobilitas masyarakat dan konsumsi musiman.

Secara keseluruhan, caturwulan pertama 2025 menghadirkan narasi yang relatif stabil dan konstruktif. Di tengah kekhawatiran publik akan transisi politik, justru muncul rangkaian kebijakan dan peristiwa yang memperkuat kepercayaan. Dari MBG yang menyentuh dapur rakyat, konsolidasi dunia usaha, refleksi kosmik lewat gerhana, hingga penguatan UMKM melalui KUR—semuanya membentuk fondasi awal bagi perjalanan panjang tahun 2025.

Optimisme memang belum sepenuhnya tanpa catatan. Namun, periode Januari hingga April menunjukkan satu hal penting: Indonesia memulai 2025 dengan langkah yang terukur. Di tengah perubahan, negara berusaha membangun keseimbangan antara kebijakan sosial, stabilitas ekonomi, dan harapan publik. Fondasi inilah yang kelak diuji pada bulan-bulan berikutnya, ketika tantangan semakin kompleks dan narasi nasional mulai bergerak ke fase berikutnya. (*)