TIMES LAMONGAN, LAMONGAN – Suasana Latar Cendhani di Desa Sendang Duwur mendadak ramai setiap Minggu Legi. Aroma jajanan lawas berpadu dengan tawa pengunjung, sementara di setiap sudut, keping kayu berpindah tangan sebagai alat tukar unik.
Pasar tradisional ini dikenal sebagai Pasar Minggu Legi Latar Cendhani. Dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Paduraksa Sendang Duwur, di pasar ini masyarakat bisa menemukan beragam kuliner khas desa, jajanan tradisional, hingga makanan lawas yang kian jarang ditemui di pasar modern.
“Pasar ini kami ciptakan sebagai pasar wisata untuk menampung jajanan lawas dan makanan khas desa sendang,” kata Ketua Pokdarwis Sendangduwur, Syarifuddin Miftah, Minggu, (21/9/2025).
Syarifuddin menceritakan bahwa ide mendirikan pasar yang hanya buka sebulan sekali, tepat di hari Minggu Legi dalam penanggalan Jawa ini muncul dari aspirasi warga.
“Berawal dari suara warga yang mengusulkan pasar, tapi jika kami membuat pasar biasa sudah ada di tetangga desa, jadi kami terinspirasi juga dari pasar tradisional serupa pasar minggu legi di daerah lain, tapi dengan konsep pasar wisata yang khas Sendang Duwur,” ucapnya.
Yang membuat pasar ini berbeda adalah sistem transaksinya. Alih-alih menggunakan uang tunai, pengunjung harus menukarkan uang mereka dengan keping kayu di pintu masuk. Keping kayu inilah yang kemudian digunakan untuk membeli makanan, minuman, maupun produk lokal lainnya.
Sistem ini memberi pengalaman unik bagi wisatawan sekaligus menumbuhkan nuansa tradisional yang autentik.
Sejak pertama kali digelar, pasar Minggu Legi terus mengalami peningkatan pengunjung. Setiap bulannya, ratusan orang datang tidak hanya dari Lamongan, tetapi juga dari daerah sekitar.
Lonjakan pengunjung ini berdampak positif bagi perekonomian warga. Lapak makanan, jajanan, dan produk olahan lokal semakin laris manis, membuka kesempatan kerja baru terutama bagi ibu-ibu rumah tangga.
“Tidak hanya kuliner, pasar ini juga menampilkan kekayaan budaya Sendang Duwur. Dalam beberapa kesempatan, batik khas desa selalu ditampilkan, baik sebagai produk display maupun busana yang dikenakan panitia.
Bahkan, promosi paket wisata belajar membatik juga gencar dilakukan melalui media sosial, sehingga semakin memperkuat citra desa wisata berbasis budaya.
Disamping pasar, Pokdarwis juga mengelola wisata religi Sunan Sendang, yang menjadi daya tarik utama desa. Ke depan, pengembangan fasilitas wisata religi seperti area parkir, rest area, serta lapak oleh-oleh dan kuliner akan terus diperkuat.
Targetnya, wisata religi dan pasar Minggu Legi bisa saling mendukung sebagai destinasi terpadu yang mensejahterakan masyarakat. “Yang bertujuan membuka lapangan pekerjaan untuk warga lokal,” ujarnya.
Pokdarwis Paduraksa, sambung Syarifuddin juga rajin mengikuti event bursa pariwisata, baik yang diadakan dinas maupun acara lokal, sebagai cara memperluas jejaring promosi.
Ke depan, sambung Syarifuddin, Pokdarwis Sendang Duwur menargetkan pengembangan desa wisata sejalan dengan tujuan SDGs Desa, yakni membuka lapangan kerja baru, memperkuat perekonomian lokal, dan menjaga kelestarian budaya.
Meski berkembang pesat, tantangan tetap ada. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM), kesadaran menjaga kebersihan, hingga persaingan dengan produk instan yang lebih murah, menjadi pekerjaan rumah, sehingga membutuhkan kolaborasi untuk mengembangkan desa wisata agar bisa lebih maju.
“Kami selalu terbuka untuk instansi manapun yang ingin bergabung, baik kampus, pemerintah, maupun swasta,” katanya.
Untuk itu, Pokdarwis membutuhkan pendampingan dan pelatihan, mulai dari cara membranding desa wisata, mengemas jajanan agar lebih menarik sehingga produk lokal bisa naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas.
Gayung pun bersambut, Desa Sendang Duwur yang memiliki banyak potensi untuk menjadi desa wisata dilirik Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas Islam Yang (Unisla) yang dipimpin Nur Ilmayasinta, Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unisla dan beranggotakan Silvi Rosiva Rosdiana, Mukhtarul Anam (Dosen FKIP Unisla), serta melibatkan mahasiswa FKIP Unisla, Ulifatur Rochmatin, Siti Masyiatul Istiqomah, Qonita Qurotul Aini, dan Wa Uni Salma La Uda.
Melalui pemberdayaan Pokdarwis Paduraksa yang dikemas dalam pelatihan dengan tema "Pemberdayaan Pokdarwis Paduraksa: Mengembangkan Desa Wisata Berkelanjutan dengan Ekonomi Kreatif Berkearifan Lokal menuju SDGs Desa", ini diikuti oleh perangkat desa Sendang Duwur dan pengelola Pokdarwis Paduraksa di Pendopo Cendhani.
“Di PKM ini kita mendampingi Desa Sendang Duwur dalam pemberdayaan Pokdarwis Paduraksa dalam rangka mengembangkan wisata Desa Sendang Duwur. Masyarakat desa kita ajak untuk berpartisipasi aktif dalam mengelola potensi wisata yang ada,” ucap Maya sapaan akrab Nur Ilmayasinta.
Di momen ini, Pokdarwis Paduraksa diberikan pelatihan mengenai pengambangan wisata, strategi pemasaran dan manajemen Pokdarwis. Maya menyebut, Pokdarwis Paduraksa menjadi motor penggerak dalam mengemas potensi desa menjadi produk wisata yang menarik dan berkelanjutan.
“Dengan pelatihan dan pendampingan yang tepat, masyarakat desa dibekali keterampilan untuk mengelola usaha wisata yang berbasis pada kearifan lokal,” ujarnya.
Menurut Maya, Sendang Duwur memiliki potensi yang sangat besar sebagai desa wisata. Dan adanya Pasar Minggu Legi “Latar Cendhani” menjadi objek wisata baru yang ramai pengunjung.
"Dengan pengembangan, pengoptimalan, dan manajemen yang baik diharapkan wisata Desa Sendang Duwur bisa semakin maju dan berkembang, sehingga mampu menarik minat wisatawan lebih luas lagi dan meningkatkan perekonomian warga setempat,” katanya.
Maya mengatakan, Pasar Minggu Legi Latar Cendhani bukan hanya tempat jual beli, melainkan ruang perjumpaan antara budaya, kuliner, dan wisata.
Dari suara warga, ide ini lahir. Dari semangat bersama, tradisi ini tumbuh. Kini, Desa Sendang Duwur perlahan menapaki jalan sebagai desa wisata unggulan, yang tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga menumbuhkan harapan ekonomi bagi masyarakatnya. (*)
Pewarta | : Moch Nuril Huda |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |