https://lamongan.times.co.id/
Ekonomi

Jagung Rekayasa Genetik di Banyubang Lamongan Halal 100 Persen, Tak Perlu Sertifikat

Selasa, 10 Juni 2025 - 11:48
Jagung Rekayasa Genetik di Banyubang Lamongan Halal 100 Persen, Tak Perlu Sertifikat Panen jagung hasil Rekayasa Genetik di Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, Selasa (10/6/202) (Foto: prokopimlamongan for TIMES Indonesia)

TIMES LAMONGAN, LAMONGAN – Jagung hasil rekayasa genetik yang ditanam di lahan pertanian Desa Banyubang, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan, dipastikan halal 100 persen. Hal ini ditegaskan langsung oleh Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kemenag RI, Dr Ir Ahmad Haikal Hasan Baras, saat menghadiri panen jagung, Selasa (10/6/2025).

Dalam kesempatan tersebut, Ahmad Haikal menjawab keraguan sebagian masyarakat terhadap status kehalalan jagung hasil teknologi rekayasa genetik (genetically modified organism/GMO). Dengan tegas ia menyatakan bahwa produk ini tidak memerlukan sertifikat halal karena sudah termasuk dalam daftar positif (positive list) BPJPH.

Panen-jagung-hasil-Rekayasa-Genetik-2.jpg

“Ini halal 100 persen. Termasuk benihnya. Tidak perlu disertifikasi lagi karena sejak dari benih hingga panen tidak ada unsur haramnya. Jangan direkayasa lagi dengan kata-kata ini mengandung ini atau itu. Ini jagung kok,” ujarnya.

Menurutnya, jagung hasil rekayasa genetik ini tidak hanya unggul dari sisi kehalalan, namun juga menjawab tantangan ketahanan pangan nasional, sesuai dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.

“Jagung diberi merk babi tetap halal, tapi babi diberi merk jagung tetap haram. Disini saya sudah coba, jagung bakar, rebus, es krim jagung - semua aman. Ini yang kita butuhkan hari ini,” ucapnya sambil tersenyum.

Panen-jagung-hasil-Rekayasa-Genetik-3.jpg

Lebih lanjut, Ahmad Haikal menegaskan bahwa produk ini akan mulai disosialisasikan secara nasional. Pemerintah mendorong benih-benih unggul ini sebagai bagian dari upaya mendukung ketahanan pangan yang berdaulat dan berkelanjutan.

“Kami tegaskan lagi, ini halal. Termasuk bibitnya. Ini bukan hanya soal kehalalan, tapi juga masa depan pangan bangsa kita,” tuturnya.

Dalam panen perdana di Banyubang ini, hasil yang dicapai menunjukkan peningkatan yang signifikan. Menurut Kepala Desa Banyubang, Mohammad Rokib, hasil panen mencapai 11 hingga 11,5 ton per hektar, meningkat sekitar 16–20 persen dibanding jagung konvensional yang rata-rata hanya 9–10 ton per hektar.

“Harga benih hanya selisih 10-15 ribu dengan jagung konvensional, tapi butirannya jumlahnya lebih banyak PRG, dari satu tongkol saja, rata-rata ada 18 baris, dan setiap baris sekitar 45 biji. Ini jelas lebih padat dan bernas dibanding konvensional,” katanya.

Selain hasil panen yang tinggi, jagung hasil rekayasa genetik ini juga lebih tahan terhadap hama dan perubahan cuaca ekstrem, sehingga mengurangi kebutuhan akan pestisida.

“Kalau biasanya petani harus tiga kali semprot untuk gulma, dengan jagung PRG (produk rekayasa genetik) ini cukup satu kali di awal tanam. Biaya produksi otomatis turun,” tutur Rokib.

Di masa tanam kedua ini, dikatakan Rokib ditanam di lahan seluas 10 hektar. “Ini uji coba kedua, penanaman yang kedua hasilnya lebih baik, ini jenis PRG,” ucapnya. 

Dampak ekonomi juga dirasakan langsung oleh petani. Dengan hasil panen yang lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah, petani memperoleh tambahan penghasilan hingga Rp5,5 juta per hektar. “Hasil panen nya peningkatan 15-20 persen, harga jagung relatif stabil. Keuntungan petani Rp 20 - 25 juta,” tuturnya.

Sementara Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Mohamad Yadi Sofyan Noor, yang hadir dalam kegiatan panen tersebut, menyebut hal ini sebagai sejarah baru dalam dunia pertanian Indonesia.

“Kita dukung penuh teknologi yang membantu petani, selama aman, halal, dan terbukti meningkatkan hasil,” ujarnya.

Ia juga memastikan jagung hasil rekayasa ini sudah diuji coba di berbagai wilayah, termasuk Kalimantan, dan menunjukkan hasil yang sangat baik.

Sedangkan Wakil Bupati Lamongan, Dirham Akbar Aksara, mengapresiasi capaian ini dan mendorong perluasan penggunaan jagung hasil rekayasa genetik ke seluruh wilayah Kabupaten Lamongan.

“Ini solusi riil. Halal, produktif, dan hemat biaya. Kami akan terus melakukan evaluasi berbasis pentahelix: pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media,” kata Mas Dirham. (*)

Pewarta : Moch Nuril Huda
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Lamongan just now

Welcome to TIMES Lamongan

TIMES Lamongan is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.