TIMES LAMONGAN, LAMONGAN – Dialog lintas budaya antara mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) dan siswa asal Jepang menghadirkan suasana penuh antusiasme. Kegiatan yang berlangsung di Aula Gedung A Lantai 1 ini menjadi ruang interaksi langsung untuk saling mengenal tradisi, cara berpikir, dan nilai kebersamaan.

Suasana cair terlihat sejak awal. Siswa Jepang aktif bertanya tentang kehidupan masyarakat Indonesia, sementara mahasiswa Unisla menjawab dengan semangat sambil berbagi pengalaman tentang tradisi lokal. Pertemuan dua budaya itu membuat suasana dialog terasa hidup dan saling melengkapi.

Wakil Rektor 1 Unisla, Dr. IH. Sugeng Dwi Hartantyo, menilai kegiatan ini menjadi bagian penting dari proses pembelajaran global.

“Dialog budaya seperti ini memberi ruang bagi mahasiswa untuk saling memahami. Di bulan kemerdekaan, momentum ini semakin menguatkan semangat persatuan lintas bangsa,” ujar Sugeng, Jumat (22/8/2025). 

Bagi siswa Jepang, pengalaman itu memberikan kesan mendalam. Haruka, salah satu peserta, mengaku terkesan dengan keramahan masyarakat kampus. 

“Saya senang bisa belajar budaya Indonesia secara langsung. Suasananya hangat dan membuat saya merasa diterima. Saya berharap bisa terus mengenal lebih banyak tentang Indonesia,” tuturnya.

Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) Unisla, Tiara Widya Iswara, M.Hum., menambahkan bahwa kegiatan ini bukan hanya pertukaran budaya, tetapi juga pintu menuju kolaborasi yang lebih luas.

 “Antusiasme siswa Jepang memberi semangat baru bagi kami. Dialog ini membuka peluang kerja sama internasional, baik akademik maupun pertukaran pelajar,” jelasnya.

Dialog budaya ini menegaskan bahwa pertukaran antarbangsa tidak harus berlangsung di forum besar. Interaksi sederhana seperti diskusi dan berbagi pengalaman justru menjadi cara efektif membangun pemahaman.

Dengan menghidupkan dialog lintas budaya, Unisla menunjukkan komitmennya sebagai kampus berwawasan internasional. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan Indonesia dan Jepang, tetapi juga membangun kesadaran bahwa pendidikan tinggi harus hadir sebagai jembatan antarbangsa. (*)